Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Terima kasih, Shabrina!

Aku tidak berpikir dua kali untuk bergabung saat Shabrina, salah satu teman di kantorku, memberikan tantangan untuk 15 Hari Menulis. Aku memang punya keinginan untuk menulis sejak lama, bahkan blog ini sudah aku buat dari 2010, tapi belum satu tulisan pun aku torehkan di sini. Sejujurnya, aku sama sekali tidak tahu tentang skill menulis. Aku hanya menulis apa yang ingin aku tulis. Dan saat aku tidak ingin melakukannya, aku tidak akan melakukannya. Dulu, aku suka sekali membaca. Saat lampu kamar sudah dimatikan karena waktunya tidur, aku seringkali secara diam-diam menyalakan senter didekatku untuk sekedar menghabiskan buku yang sedang aku baca. Ya, aku memang tidak ingin tidur dengan membawa rasa penasaran terhadap ending ceritanya. Alhasil aku harus menggunakan kacamata untuk membantu penglihatanku sejak kelas 3 SD. Minusku pun harus bertambah saat aku memiliki hobi baru untuk membaca buku digital di handphone . Aplikasi favoritku untuk membaca adalah iPusnas. Jika aku tidak bisa ...

Ayah (bukan Novel Andrea Hirata)

Ayahku seorang dokter, tapi dia tidak mau memeriksa kami, anak-anaknya, jika kami jatuh sakit. Dia selalu menyarankan kami untuk pergi ke dokter lain atau mengantarkan ke klinik terdekat jika sudah mulai tidak enak badan. Alasannya simple , saat harus memeriksa keluarganya, dia harus melibatkan perasaan juga di sana, tidak bisa hanya mengandalkan logika saja. Suatu alasan yang baru aku mengerti sekarang, tentang orang dewasa yang memang serumit itu pemikirannya. Ayahku bukan tipe ayah yang galak. Sepanjang ingatanku, belum pernah ayah berlaku dan bertutur kasar kepadaku. Pernah suatu ketika, saat aku mulai rewel dan membuatnya kesal, tanpa sengaja Ibu ikut gemas dan memukul pundakku. Saat itu juga Ayah menegur Ibuku lembut, dengan tidak membenarkan sikapnya, tetapi juga tidak membela kesalahanku. Ayahku tidak pernah memaksaku untuk menjadi dokter. Tapi harapann agar anak-anaknya maju di bidang akademis selalu ditunjukkannya. Salah satu contohnya, saat Ayah mengantar-jemputku ke sek...

Kisah Kasih di Sekolah

“Jadi kita jadian?” tanyaku, sesaat setelah dia memberikan jeda pada kata terakhirnya. “Buat apa jadian? Orang liat kita sering jalan bareng juga pasti udah tahu kalau kita memang deket”, jawabnya. Rasanya terlalu berlebihan jika aku menilainya bukan laki-laki yang berkomitmen. Toh , komitmen apa yang diharapkan dari pasangan yang hanya berpacaran? Sejenak percakapan kami terhenti, kembali mencoba menikmati Surabi hangat favorit kami di daerah Setiabudi. Aku merasa ada yang salah dengan lidahku saat itu. Bagaimana tidak? Momen yang aku tunggu-tunggu saat dia menyatakan perasaannya padaku ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Rasanya memang deg-degan, ada sensasi menggelitik di perut, beberapa kali salah tingkah, tapi tetap saja ada sedikit rasa kecewa di sana. Satu hal yang seketika aku sadari, dia memang sedingin itu. Surabi WS Setiabudi Sering bersama baik saat kuliah maupun nongkrong , tidak membuat perbedaan sifat diantara kami memudar. Aku yang sangat perasa, sering kali ...

Teman Sepermainan

“Dehe” ucapnya sambil mengajakku berkenalan. Nama lengkapnya Dessi Hertawati, orang yang menyambut hangat di kantor saat hari pertamaku. Baru saja selesai memperkenalkan diri, dia sudah heboh ingin mentraktir susu murni kekinian lewat aplikasi online. Aku sebetulnya sama sekali tidak menyukai susu, tapi sebagai anak baru saat itu, aku berusaha ikut membaur saja dengan yang lain. Aku pilih rasa strawberry, rasa yang masih bisa aku terima, pikirku. Tidak butuh waktu lama untuk dekat dengannya, karena selain kami memang satu tim, kami juga sering menghabiskan hari untuk hunting makanan bersama. Salah satu makanan favorit kami adalah Bakso Rusuk Samanhudi. Referensi bakso enak lainnya di Bandung. Mungkin kalau Samanhudi membuka membership seperti MLM, sekarang aku sudah bisa jalan-jalan dengan kapal pesiar dari banyaknya downline yang ikut mendaftar. Bakso Rusuk Samanhudi (tanpa rusuk) Banyak kemiripan diantara kami yang membuat aku langsung nyaman dan bisa menjadi diri sendiri seti...

Aku dan (CEO) eFishery part 2

Kalau ditanya apa jajanan kesukaan Mas Gibran, pasti semua orang di sini setuju kalau jawabannya adalah cilor. Cilor adalah salah satu produk turunan dari aci, masih serumpun dengan cilok, cimol, cireng, cilung, cimin, cibay, dll. Orang Bandung memang seperti tidak pernah kehabisan ide ya untuk menciptakan kuliner-kuliner baru. Sesuai dengan namanya, cilor ini sebetulnya mirip dengan cilok yang ditusuk berjajar dan digoreng dalam balutan telor. Aku, jujur saja, masih belum bisa berpaling dari cilor yang ada di depan STT Telkom, yang dijual menggunakan gerobak warna silver alumunium. Cilor depan STT Telkom Untuk makanan sebetulnya tidak ada pantangan yang memang sengaja dihindari olehnya, walaupun belakangan baru disadari bahwa dia punya alergi saat mengkonsumsi susu dan sedikit intoleransi terhadap gluten. Makanan favorit lainnya adalah dendeng batokok dari rumah makan Padang Malah Dicubo, plus telor dadar. Dan masih banyak lagi tentunya. Bercerita soal makanan dengannya selalu membu...

Aku dan (CEO) eFishery

Build the system, then trust . Setidaknya itu kata-kata terakhir yang aku catat di akhir sesi  1-on-1 antara aku dan Mas CEO. Namanya Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy, nama yang membuatku sedikit berpikir lebih keras setiap kali petugas visa memintaku mengeja setiap hurufnya dengan alfabet fonetik. Bekerja beberapa tahun terakhir untuknya tentu saja memberikan kesempatan padaku untuk menyerap banyak hal, termasuk wisdom dan energi berlebih yang dia miliki. Disclaimer:  tentu saja ini hanya pendapatku, semua orang bebas memiliki impresinya masing-masing. Kesan pertama yang membuatku respect hingga saat ini adalah dia selalu menunjukkan pribadi yang apa adanya. Dengan semua fasilitas yang bisa digunakan sekarang, dia masih saja sering bertanya jika tiba-tiba aku memesankan kursi business class untuk tiket pesawatnya, atau suite room untuknya beristirahat. Padahal kadang memang tiket yang tersisa hanya itu. Selain ambisius, dia juga memiliki sifat yang judgemental . Caran...

Museum dan Kenangannya

Aku sudah terbiasa melakukan apapun sendiri, bukan berarti aku tidak membutuhkan teman. Sebagai makhluk sosial tentu saja aku tetap membutuhkan kehadiran orang lain. Aku hanya perlu sedikit beradaptasi dengan segala bentuk kerepotan yang mungkin terjadi jika aku harus menghabiskan hariku bersama dengan orang lain. Seperti akhir pekan ini, aku memutuskan untuk berkeliling mengunjungi beberapa museum di Bandung seorang diri, setelah sebelumnya menemukan informasi bahwa museum di seluruh dunia libur pada hari Senin. Sebetulnya bukan tanpa alasan aku melakukan ini. Aku sedang ingin menghadirkan kembali momen kegirangan dan rasa penasaran setiap kali Ayah mengajakku berlibur ke tempat-tempat bersejarah dulu. Layaknya museum, beberapa kenangan yang masih tersimpan di memori pun harus dibiarkan tetap ada dan terawat bukan? Seperti biasa, a ku memulai ritual pagiku dengan menyantap Bubur Ayam Pelana di jalan Burangrang. Aku suka karakter bubur di Bandung yang disajikan tanpa kuah kaldu seperti...

Pertemuan dengan Alam

Aku suka menenangkan pikiranku sendiri dengan kata-kata bijak yang aku baca. Salah satu potongan  quote  favorit yang aku ambil dari cuitan di Twitter, "Sukses itu harus melewati banyak proses, bukan banyak protes" (Merry Riana, 2018). Kata-kata yang pas dan selalu aku jadikan motivasi hingga saat ini. Apa aku tidak pernah mengeluh? Jawabannya, tentu pernah. Bahkan aku selalu memberi ruang untuk itu, hanya saja aku tidak ingin berlama-lama membiarkan partikel-partikel air ditubuhku terlihat buruk karena energi negatif yang aku berikan, begitu juga dengan orang-orang disekelilingku. Sudah cukup lama rasanya aku membiarkan lamunanku bermain bersama bunyi kumbang yang semakin ramai menyambut senja. Aku kembali ke dunia nyata saat melihat pelayan datang ke arahku dengan membawa makanan yang aku pesan. Mie tek-tek terasa berbeda saat aku makan di ketinggian 850-1000 mdpl, terasa lebih nikmat. Tidak percaya? Coba saja. Mie tek-tek Kawasan Lereng Anteng Punclut Aku selalu menyempatk...

Makanan adalah Teman

"Samanta Lea", namaku lagi-lagi disebut dalam daftar siswa yang harus mengikuti ujian perbaikan Fisika. Tidak heran jika murid sekelas mempunyai julukan khusus untukku, Sasa si ratu remidi , menyebalkan! Biarpun aku mengimani bahwa tidak banyak orang yang benar-benar menyukai mata pelajaran ini, tetap saja aku kesal terhadap diriku sendiri. Semakin aku mencoba melawan kekuranganku, semakin aku gagal lagi dan lagi. Kejadian ini terus berulang sampai pada titik aku harus memilih jurusan untuk masuk ke jenjang kuliah. Semua serasa berbalik di sini. Aku lolos masuk ke jurusan Fisika murni di salah satu PTN di Bandung, dan diterima juga di jurusan Teknik Fisika milik PTS lainnya, yang juga terletak di Bandung! Aku tersenyum angkuh, seraya berhalusinasi dengan semesta yang seperti sedang mengajakku bermain-main. Singkat cerita, dengan pertimbangan biaya masuk dan segala macamnya, aku memutuskan untuk mengambil jurusan Teknik Fisika, merantau ke Bandung, dan semuanya bermula dari si...